Kini berita menghebohkan selanjutnya datang dari tanah air. Sungguh suatu hal yang membanggakan sekelompok pemuda Indonesia yang berasal dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya berhasil meramaikan kancah pembuatan teknologi otomotif dunia dengan karyanya menciptakan Mobil super hemat yang mampu menempuh jarak 1000 Km hanya dengan 1 Liter bahan bakar.
View Image Details]"> Karya cipta teknologi itu ditujukan dalam rangka mengikuti Lomba karya kendaraan efisien dan kendaraan perkotaan Shell Eco-Marathon 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia, 8-10 Juli 2010. Tampak pada gambar di atas adalah dua mahasiswa teknik mesin ITS, menunjukan bagian dalam prototype mobil hemat energi pada peluncuran prototype Mobil Sapu angin Hemat Energi di Pasca Sarjana ITS Surabaya, Senin (11/1). Sumber gambar : Antara News
Dalam rangka mengikuti perlombaan tersebut Tim ITS telah membuat dua mobil super hemat yang diberi nama Sapu Angin.Bentuknya mirip perahu. Tapi, sebetulnya bodi Sapu Angin mengambil bentuk tetesan air, ramping dan dapat memanfaatkan tenaga aerodinamis. Bentuk bodi ini sudah diuji di Laboratorium Mekanika dan Fluida. Bentuk air menetes plus bodi yang terbuat dari fiberglass membuat mobil itu ringan dan mudah bergerak. Dengan demikian, hal itu akan berpengaruh pada jumlah bahan bakar dan energi yang dikeluarkan.
Karena bobotnya yang sangat ringan dan mengambil filososi Sunan Kali Jaga yang mampu berpindah tempat tanpa menghabiskan banyak energi berkat ajian Sapu Angin, mobil itu diberi nama Sapu Angin. Tiga hal yang membuat Sapu Angin sangat irit. yakni, efisiensi energi dengan mengurangi berat kendaraan, koefisiensi dari ban, dan koefesiensi mesin.
Sapu angin beratnya hanya 22 kg. Efisiensi berat dilakukan dengan menggunakan bahan fiberglass pada bodi. Proses pencetakan rangkanya digabung dengan bodi mobil. Sasisnya menggunakan sistem monokok yang tidak menggunakan tulangan besi.
Sapu Angin berkapasitas satu penumpang, driver saja, menggunakan tiga roda. Dua di depan berfungsi sebagai penggerak atau steering. Sedangkan satu di belakang untuk memudahkan gerakan mobil. Memakai ban silk yang diharapkan punya koefisien gesek kecil, terutama pada gaya gesek roda. Diameter roda dan ukuran bannya lebih kecil daripada mobil umumnya. Besarnya hanya 20 inci.
Efisiensi mesin menggunakan sistem EFI (full injection). Mereka menyebutnya sistem energy on demand. Sistem itu membuat bahan bakar dialirkan ke mesin jika diperlukan saja. Energi hanya dialirkan sesuai kebutuhan.
Shell menyelenggarakan dua kategori dalam perlombaan mendesain dan membangun kendaraan yang memaksimalkan efisiensi serta kendaraan urban masa kini ini, yaitu mobil Futuristic Prototypes dan Urban Concept Vehicle.
ITS membentuk dua tim untuk mewakili dua kategori tersebut yang diseleksi dari jurusan mesin sebanyak 15 orang. Seleksi dilakukan berdasar kemampuan dan kebutuhan tim. Mobil yang sedang digarap itu adalah Sapu Angin I, kategori prototypes. Mesinnya menggunakan Honda GX-35 yang dimodifikasi. Beberapa bagian yang dimodifikasi adalah sistem klep/katup pemasukan bahan bakar yang semula memakai karburator diganti dengan sistem injeksi (EFI).
Targetnya, Sapu Angin I yang mulai digarap sejak Agustus lalu mampu memanfaatkan 1 liter bahan bakar untuk 1.000 km. Dengan kecepatan 25-35 km/jam, mobil itu memang tidak akan berlaga dalam kecepatan, tapi keiritan.
Semula, tim ingin membuat mesin sendiri. Namun, mereka terkendala pabrik yang tidak bisa memenuhi keinginan mahasiswa. Karena itu, mereka memakai mesin Honda. Tiap hari tim mengerjakan tugas tersebut sepulang kuliah. Sapu Angin I yang panjangnya 2,5 meter dan lebar 80 cm itu dijadwalkan rampung bulan ini, kemudian baru menggarap Sapu Angin II untuk kategori urban concept vehicle.
Tim ITS, selain tim teknis, terdiri atas tim marketing. Tapi, tetap satu manajemen. Perlombaan tidak hanya berlaku bagi produk mobil yang dihasilkan namun juga manajerial tim.
Tim marketing bertugas berkomunikasi dengan pihak luar, mencari sponsor, dan sebagainya. Dana yang dibutuhkan untuk membuat prototipe mobil tersebut memang cukup besar, sekitar Rp 100 juta satu unit. Tapi, yang paling banyak memakan biaya adalah akomodasi ke Malaysia. Pihak Shell memberi dana USD 3.750 atau sekitar Rp 35 juta untuk satu unit mobil [www.teknopreneur.com].