ISLAMABAD,- Pemerintah Inggris mengutuk serangan bom bunuh diri pada pertandingan bola voli di Pakistan, Jumat, yang menewaskan puluhan orang. Mereka berjanji akan bekerja sama dengan Islamabad mengatasi ancaman yang ditimbulkan ekstrimisme berat itu.
"Kami mengutuk serangan menakutkan yang telah menyebabkan tewasnya begitu banyak orang itu. Renungan kami bersama keluarga orang-orang yang tewas atau yang terluka," kata seorang jurub icara kementerian luar negeri.
Menurut laporan terakhir, 88 orang telah tewas dalam serangan bom bunuh diri di Pakistan baratlaut itu. Puluhan orang dilaporkan terluka dan lebih dari 20 rumah hancur. Serangan itu terjadi di sebuah desa yang menentang gerilyawan Taliban yang didukung Al Qaeda.
Mereka mengatakan pembom itu menyerang ketika sejumlah anak muda bermain voli di depan sekerumunan massa penonton, termasuk sejumlah orang tua dan anak-anak, di dekat kota Lakki Marwat.
Kepala polisi setempat Ayub Khan mengatakan, pembom itu meledakkan dirinya dalam sebuah mobil SUV di tengah lapangan dan diduga ada mobil kedua yang telah meninggalkan tempat tersebut.
"Satu (mobil) meledak di sini sementara yang kedua pergi ke sebuah tempat yang tak diketahui. Kami yakin mobil itu mungkin akan digunakan untuk menyerang tempat lainnya," ia mengatakan pada Reuters melalui telpon.
Serangan pada kegiatan olah raga seperti ini sangat tidak biasa, meskipun militan telah mulai membom tempat padat orang seperti pasar hingga menimbulkan pembunuhan massal dan menyebarkan ketakutan dan kekacauan. Beberapa pejabat mengatakan orang-orang di desa itu telah membentuk milisi bersenjata anti-Taliban, fenomena yang telah mulai di Pakistan tahun lalu.
Khalid Israr, pejabat senior regional yang berbicara melalui telpon dari rumah sakit yang merawat korban ledakan, mengatakan orang-orang ingat melihat pembom membawa kendaraannya ke lapangan permainan sesaat sebelum ledakan.
Pemboman itu terjadi pada hari pemogokan di kota Karachi di Pakistan selatan untuk mengutuk kekerasan di Pakistan, sekutu yang Washington butuhkan untuk membantu mestabilkan Afganistan.
Ibukota komersial Pakistan Karachi hampir tutup karena pemogokan yang diserukan oleh para pemimpin agama dan politik setelah seorang pembom bunuh diri menewaskan 43 orang pada prosesi Syiah Senin. Taliban mengaku bertanggungjawab dan mengancam melakukan serangan lagi (kompas.com).
"Kami mengutuk serangan menakutkan yang telah menyebabkan tewasnya begitu banyak orang itu. Renungan kami bersama keluarga orang-orang yang tewas atau yang terluka," kata seorang jurub icara kementerian luar negeri.
Menurut laporan terakhir, 88 orang telah tewas dalam serangan bom bunuh diri di Pakistan baratlaut itu. Puluhan orang dilaporkan terluka dan lebih dari 20 rumah hancur. Serangan itu terjadi di sebuah desa yang menentang gerilyawan Taliban yang didukung Al Qaeda.
Mereka mengatakan pembom itu menyerang ketika sejumlah anak muda bermain voli di depan sekerumunan massa penonton, termasuk sejumlah orang tua dan anak-anak, di dekat kota Lakki Marwat.
Kepala polisi setempat Ayub Khan mengatakan, pembom itu meledakkan dirinya dalam sebuah mobil SUV di tengah lapangan dan diduga ada mobil kedua yang telah meninggalkan tempat tersebut.
"Satu (mobil) meledak di sini sementara yang kedua pergi ke sebuah tempat yang tak diketahui. Kami yakin mobil itu mungkin akan digunakan untuk menyerang tempat lainnya," ia mengatakan pada Reuters melalui telpon.
Serangan pada kegiatan olah raga seperti ini sangat tidak biasa, meskipun militan telah mulai membom tempat padat orang seperti pasar hingga menimbulkan pembunuhan massal dan menyebarkan ketakutan dan kekacauan. Beberapa pejabat mengatakan orang-orang di desa itu telah membentuk milisi bersenjata anti-Taliban, fenomena yang telah mulai di Pakistan tahun lalu.
Khalid Israr, pejabat senior regional yang berbicara melalui telpon dari rumah sakit yang merawat korban ledakan, mengatakan orang-orang ingat melihat pembom membawa kendaraannya ke lapangan permainan sesaat sebelum ledakan.
Pemboman itu terjadi pada hari pemogokan di kota Karachi di Pakistan selatan untuk mengutuk kekerasan di Pakistan, sekutu yang Washington butuhkan untuk membantu mestabilkan Afganistan.
Ibukota komersial Pakistan Karachi hampir tutup karena pemogokan yang diserukan oleh para pemimpin agama dan politik setelah seorang pembom bunuh diri menewaskan 43 orang pada prosesi Syiah Senin. Taliban mengaku bertanggungjawab dan mengancam melakukan serangan lagi (kompas.com).