TEL AVIV (SuaraMedia News) – Israel akan mulai mendistribusikan masker gas ke seluruh populasinya dalam waktu dua bulan, meskipun tidak ada alasan resmi yang diberikan oleh pemerintah.
Tidak ada indikasi atau ancaman bahwa sebuah serangan telah direncanakan terhadap Israel dari negara mana pun. Juga tidak ada satu pun negara di Timur Tengah yang diyakini terlibat dalam perang biologi atau kimia dengan Israel.
Bagaimanapun, pembagian masker gas itu menimbulkan pertanyaan akan potensi rencana Israel untuk meluncurkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Serangan semacam itu dapat menimbulkan respon yang tidak konvensional dari Iran. Kapabilitas senjata biologi dan kimia Iran saat ini masih belum diketahui.
Rumor yang beredar di Timur Tengah adalah bahwa Israel sedang bersiap-siap untuk mengendalikan Hizbullah melalui perang lain di Libanon. Namun, Hizbullah tidak dipercaya memiliki senjata kimia atau biologi.
Satu-satunya negara di kawasan Israel yang saat ini diyakini memiliki akses ke sebuah program senjata biologi atau kimia adalah Israel itu sendiri, meskipun negara itu mungkin tidak akan menggunakannya dalam sebuah serangan.
Terlepas dari ketiadaan ancaman nyata, Israel mulai membagikan masker gas ke setiap warganya di bulan Februari. Militer Israel yang menangani pembagian itu. Mereka telah meminta perusahaan pos Israel untuk membantu distribusi masker.
Selain masker, anak-anak berumur delapan tahun ke bawah juga akan menerima, untuk pertama kalinya, masker gas Mamtek.
“Kami adalah satu-satunya negara di dunia yang memproduksi masker gas untuk anak-anak, dan masker itu adalah satu-satunya di dunia yang memberikan pertahanan utama bagi kelompok umur ini,” ujar Kolonel Yosi Sagiv, kepala Administrasi Masker Gas dari Komando Front Dalam Negeri.
“Yang tertinggal kini adalah harapan bahwa kita tidak perlu mengalami kejadian sesungguhnya untuk mengetahui seberapa baik masker ini bekerja,” ujarnya.
Menurut jajak pendapat, Sekitar 23 persen penduduk Israel merasa ketakutan dan akan lebih memilih untuk meninggalkan Israel jika benar Iran mendapatkan senjata nuklir, fakta tersebut terungkap dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Pusat Studi Iran di universitas Tel Aviv.
Sementara 85 persen responden mengatakan bahwa mereka takut bahwa negara Islam tersebut akan mendapatkan bom atom, 57 persen meyakini bahwa inisiatif AS untuk berdialog dengan Iran akan gagal dan 41 persen meyakini bahwa Israel harus mengambil tindakan untuk menghentikan instalasi nuklir Iran tanpa membuang waktu lagi sebelum senjata nuklir benar-benar dikembangkan apalagi harus menunggu perkembangan pembicaraan.
“Temuan tersebut mengkhawatirkan karena mereka menampakkan ketakutan yang dilebih-lebihkan dan tidak perlu,” kata Profesor David Menashri, kepala lembaga tersebut. “Kepemimpinan Iran memang ekstrimis namun masih memperhitungkan bahwa serangan ke Israel adalah sebuah kegilaan dan akan menghancurkan Iran sendiri. Tapi sedihnya, hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa "iklan" Iran sangat efektif bahkan tanpa bom, dan ribuan warga Israel sudah kencing di celana dan ingin meninggalkan negara ini.”
Dalam hal senjata nuklir Iran, kaum wanita Israel lebih takut dibandingkan dengan pria. 83 persen responden wanita mengatakan bahwa mereka mengkhawatirkan skenario semacam itu, sementara kaum pria hanya 79 persen; 39 persen wanita mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk meninggalkan negara Yahudi tersebut jika benar Iran memperoleh senjata nuklir, sementara hanya 22 persen pria yang menyatakan akan melakukan tindakan serupa.
Usia warga Israel juga memengaruhi sikap para responden; 89 persen dari para responden yang berusia 42 tahun atau lebih tua mengatakan bahwa mereka takut dengan nuklir Iran, berbanding dengan 61 persen dari responden yang masih berusia 18 hingga 41 tahun.
80 persen dari responden yang mendukung gerakan sayap-kiri dan 67 persen dari responden yang mendukung gerakan sayap kanan mengatakan bahwa mereka resah jika sampai Iran mengembangkan bom atom.
Sebanyak 509 orang penduduk dewasa Israel dilibatkan sebagai responden dalam jajak pendapat terssebut.
Serangan yang dilakukan Israel menjadi bumerang bagi Israel. Banyak senjata yang digunakan oleh tentara pertahanan Israel (IDF) di Gaza mengandung komponen Uranium dan setelah mengalami benturan memercikkan partikel aerosol yang kemudian tertiup kembali ke arah perbatasan Israel dengan dampak-dampak yang cukup parah.
Pada bulan Mei lalu, harian Ha’aretz menyebutkan: “Kualitas sperma pria Israel turun 40% dalam satu dekade terakhir. Hasil tersebut didapat dari penelitian yang dilakukan oleh rumah sakit Hadassah (organisasi wanita Zionis) Yerusalem, Mount Scopus. Penyebab penurunan tersebut masih belum diketahui, namun para peneliti meyakini bahwa hal tersebut ada hubungannya dengan terpaparnya anak-anak dan wanita hamil terhadap hormon dan zat-zat lain yang mengkontaminasi makanan dan air.
Bulan ini ada sejumlah statistik yang kembali mengindikasikan bahwa kontaminasi uranium kadar rendah kemungkinan besar menjadi penyebabnya. Tajuk utama berikutnya bahkan lebih mengejutkan: “Lebih banyak wanita yang didiagnosis mengidap kanker di Israel dibandingkan Eropa.” Tingkat kesehatan Israel anjlok drastis jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang di Eropa, kata Asosiasi Medis Israel pada hari Rabu (16/9). Israel terpuruk di bawah rata-rata negara Eropa dalam hal pencegahan penyakit.
Terdapat pula tanda-tanda tumor yang merusak sistem imunitas manusia, tingkat penyebaran tumor tersebut bervariasi diantara berbagai wilayah geografis di Israel. Sebanyak 4.812 kasus tumor yang dialami penduduk Yahudi dilaporkan pada Lembaga pendaftaran kanker dalam periode studi 1960-2005. Ada peningkatan standar usia yang penderita Tumor pada kaum Yahudi kelahiran Israel. Angka kejadian tertinggi tampak pada kaum Yahudi dengan rata-rata usia 20-24 tahun. (rin/pg/sm) www.suaramedia.com