Halaman

Rabu, 27 Januari 2010

Martunis."Bocah Ajaib" Kembali Menarik Perhatian Media di Portugal

Bencana tsunami di Aceh lima tahun lalu tak bisa dilepaskan dari sosok Martunis. Bocah yang kini berusia 13 tahun itu menarik perhatian media dan tokoh internasional. Bahkan, hingga tahun kelima pascatsunami, media internasional tetap menganggap Martunis sebagai ''bocah ajaib''.

AGUNG PUTU, Banda Aceh



SALAH satu koran di Portugal, 24 horas, menurunkan laporan khusus berlabel eksklusif. Laporan lima halaman itu hanya untuk membahas Martunis. Bocah yang kini duduk di kelas dua SMPN 8 Banda Aceh itu bahkan menjadi cover (sampul depan) harian tersebut.

Di foto sampul depan itu Martunis mengenakan kaus bertulisan Força Portugal yang dalam bahasa Indonesia berarti ''Hidup Portugal''. Judul koran edisi Senin (25/1) itu berbunyi A nova vida de Martunis. Dalam bahasa Indonesia kalimat itu berarti ''Kehidupan Baru Martunis".

Di halaman dua terdapat semacam ''kata pengantar''. Kata pendahuluan itu disandingkan dengan foto Martunis saat dijepret di kamarnya. Di kamar ukuran 4 x 3 meter itu terdapat pigura yang melapisi kostum Ronaldo di tim nasional Portugal dan saat masih memperkuat Manchester United (MU), sebelum akhirnya pindah ke Real Madrid.

Kalimat dalam bahasa Portugis itu berbunyi: ''Roubaram o telemovel que o Ronaldo me deu e agora nao posso falar com ele...'' Dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti, ''Sayangnya saya sekarang tidak bisa berbicara langsung dengan Ronaldo''.

24 horas merupakan koran nasional Portugal yang banyak menyajikan liputan khusus pada dunia olahraga. Sebagai koran harian, mereka juga menyediakan berita-berita khas koran harian umum dengan berita aktual dan rubrik-rubrik umumnya koran. Mulai politik hingga pendidikan dan kesehatan.


Namun, koran yang didirikan pada 1998 dengan oplah 20 ribu (dari total penduduk Portugal 10 juta) itu lebih banyak meliput berita-berita human interest. Kisah yang mengharu-biru dan kisah-kisah manusia yang menginspirasi. ''Di Portugal, kami ini seperti majalah People,'' kata Duarte Baiano, wartawan 24 horas kepada Jawa Pos.

Koran 24 horas paling banyak dibaca di Lisbon, ibu kota Portugal. Mereka juga terbit di Amerika, yakni di New York dan New Jersey. Namun, isi 24 horas di Portugal dan Amerika berbeda kendati mereka satu grup. ''Di Amerika kami hanya untuk komunitas Portugal di sana,'' kata Duarte yang bergabung dengan 24 horas pada 2006 itu.

Namun, peliputan lima halaman tentang Martunis itu dilakukan dengan cara yang unik. Wartawan 24 horas tidak terjun langsung ke Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Semua bahan liputan dan foto disuplai Jawa Pos.

Ketika itu, wartawan koran ini kebetulan berada di Banda Aceh. Duarte menelepon ke Rakyat Aceh (Jawa Pos Group) dan menanyakan kisah terbaru Martunis. Wartawan koran ini pun mengunjungi rumah Martunis pada Jumat malam (22/1). Wawancara dilakukan dengan ''bilingual'' alias dwibahasa. Baiano bertanya kepada Martunis dengan perantara Jawa Pos. Semua foto yang diambil adalah milik Jawa Pos. Namun, Duarte tidak menulis nama Jawa Pos dalam laporan itu.

''Saya khawatir. Nanti kalau saya tulis, semua koran di Portugal akan menghubungi Jawa Pos. Jadi, saya hanya tulis nama Agung sebagai wartawan di Indonesia,'' katanya.

Masyarakat Portugal rupanya masih ingin mendengar kisah terbaru Martunis. Mereka penasaran tentang bagaimana kelanjutan kisah si anak ajaib yang selamat dari petaka tsunami itu. Apalagi, saat ini gempa di Haiti juga ikut menguras emosi masyarakat dunia. Kisah heroik Martunis mengilhami banyak orang agar tidak menyerah terhadap musibah.

Bahkan, saking heroiknya, diva dunia Celine Dion memasukkan nama Martunis dalam buku 12 Heroes Among Us. Di dalam buku tersebut Martunis ditahbiskan sebagai salah satu dari pahlawan yang ''manusiawi''. Yakni, pahlawan yang tidak perlu ''kekuatan super'' untuk menjadi pahlawan. Mereka hanya perlu bersemangat dan tidak menyerah.

Selain Martunis, pahlawan lain adalah anak-anak yang bertarung melawan penyakit dan segala keterbatasan untuk memperjuangkan kehidupan mereka.

Proses pemilihan Martunis sebagai salah satu pahlawan itu juga cukup unik. Familles d'Aujourd'hui sebagai organisasi yang merancang buku itu melibatkan 297 orang untuk menggarapnya.

Dari 297 orang, 31 orang dikerahkan hanya untuk mencari Martunis di Aceh. Setelah rampung pada 2008, Celine Dion kebagian tugas menjadi semacam ikon untuk memopulerkannya. Dion dan Martunis memang sempat bertemu. Pada musim panas 2008, penyanyi asal Kanada itu bertemu Martunis dan Sarbini, ayah Martunis, di Montreal, Kanada. Saat itu Martunis juga bertemu megabintang Madonna. Namun, yang diingat Sarbini dan Martunis hanya saat bertemu Madonna. ''Dia cantik,'' kata Sarbini yang berkumis lebat itu.

Bagaimana Celine Dion? Sarbini dan Martunis hanya menggeleng. Mereka berdua tidak akrab dengan sosok Dion. ''Mungkin kami dulu ketemu. Tapi, karena saya tidak bisa bahasa Inggris, jadi tidak tahu apakah ada dia (Celine Dion) di antara mereka,'' katanya. Padahal, dalam buku itu, foto Dion dan Martunis dipajang. Dion tampak memegang dagu Martunis.

Martunis memang dikenal sebagai bocah Aceh yang identik dengan negara Portugal. Terutama dengan pemain termahal dunia, Cristiano Ronaldo. Saat tsunami mengempas Aceh pada 26 Desember 2004 silam, Martunis yang saat itu duduk di kelas III SD berusaha menyelamatkan diri bersama ibu dan dua saudaranya dengan menumpang pikap. Ketika itu Martunis masih mengenakan kaus tim nasional Portugal bajakan.


Saat digulung ombak tsunami, pikap tenggelam. Martunis, ibu, dan dua saudaranya tenggelam bersama kendaraan yang ditumpangi. Namun, keajaiban seperti terjadi pada Martunis. Bocah itu muncul ke permukaan air.

Martunis selamat setelah meraih sepotong kayu, lalu mengapung-apung. Kemudian, dia berpindah ke kasur yang melintas di dekatnya. Kasur kapuk itu pun tenggelam. Martunis lalu memanjat sebatang pohon untuk bertahan hidup. Dia selamat setelah terseret arus tsunami yang kembali ke laut dan terdampar di kawasan rawa-rawa dekat makam Tengku Syiah Kuala.

Setelah 19 hari bertahan, penduduk menemukan Martunis pada 15 Januari 2005. Warga menyerahkan dia kepada awak televisi Inggris yang kebetulan meliput di wilayah itu. Dalam sekejap, gambar dan kisah Martunis beredar di stasiun televisi Eropa.

Martunis yang kini tampak tinggi dan kurus itu pun mendapat simpati bintang top sepak bola Portugal seperti Luis Figo, Nuno Gomes, Cristiano Ronaldo, pelatih Luiz Felipe Scolari, serta Gilberto Madail, ketua Federasi Sepak Bola Portugal.

Martunis dan Sarbini beberapa kali diundang ke Portugal, Inggris, dan Kanada untuk menghadiri berbagai acara. Dia bahkan sempat muncul ke tengah lapangan hijau dengan dipeluk Presiden FIFA Sepp Blatter saat timnas Portugal bertanding lawan timnas Slovekia pada 2006 silam.

Sejak saat itu Martunis dan Ronaldo saling berkomunikasi. Ronaldo memberi Martunis sebuah ponsel agar mereka bisa saling berbincang dan berkirim kabar. Di dalam ponsel itu, Ronaldo tak hanya memberikan nomor pribadi. Dia juga menyertakan nomor handphone lima pemain top Portugal lainnya.

Namun, pada 2006, saat Martunis tinggal di barak penampungan pengungsi korban tsunami ponsel itu dicuri. Ponsel dan nomor-nomor penting itu pun amblas. Sejak saat itu Ronaldo dan Martunis tak lagi saling berkirim kabar. Apalagi, sejak pemain bernilai transfer Rp 1,3 triliun itu pindah ke Real Madrid.

''Saya tidak lagi bisa berhubungan dengan Ronaldo,'' kata Martunis saat ditemui Jawa Pos di rumahnya Jumat lalu (22/1). Martunis masih penggemar berat Ronaldo. Potongan rambutnya terus mengikuti tren sang idola. Yakni, tipis di pinggir dan agak berjambul di tengah. Martunis kini pun terlihat agak jangkung.

Laporan 24 horas itu sangat mewakili perasaan Martunis. Sebab, Martunis kini tak lagi bisa berkomunikasi dengan bintang pujaannya. Satu-satunya cara untuk melihat langsung sang bintang hanya dengan menonton siaran pertandingan sepak bola ketika Real Madrid bertanding. Martunis sangat berharap untuk bisa kembali berkomunikasi dengan Ronaldo. ''Kami sedang merancang agar Martunis bisa bertemu Ronaldo lagi. Dia juga akan kami undang ke Portugal,'' kata Duarte (kaskus.us).