Para peneliti menyebutnya efek balikan (withdrawal effect), yang didapat karena minum kopi di malam hari. Ketika tubuh menjadi tidak bugar saat bangun pagi, sebenarnya kopi hanya mengembalikannya ke kondisi normal, bukan lebih segar seperti yang dirasakan.
Dikutip dari Reuters, Jumat (4/6/2010), hal ini terungkap dalam penelitian di Bristol University, yang mengamati efek tersebut pada sejumlah pecandu kopi kategori sedang hingga berat. Efeknya lalu dibandingkan dengan apa yang dialami oleh orang tanpa kebiasaan minum kopi.
Jumlah partisipan yang dilibatkan dalam eksperimen tersebut adalah 379 orang. Seluruhnya diminta puasa minum kopi selama 16 jam, kemudian diberi secangkir kopi dan secangkir minuman bebas kafein sebagai plasebo.
Tingkat kewaspadaan diukur lewat kemampuan menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan oleh peneliti. Tugas yang harus dikerjakan di komputer itu akan mengukur kemampuan memori dan tingkat kewaspadaan serta perhatian.
Hasilnya, pecandu kopi yang mendapat minuman plasebo tercatat mengalami penurunan tingkat kewaspadaan dan lebih banyak teserang sakit kepala. Gejala ini tidak dialami oleh partisipan dari kelompok lainnya.
Pada kelompok pecandu yang mendapat minuman berisi kafein, tingkat kewaspadaan memang meningkat seolah-olah lebih tinggi dari normal. Namun ketika dibandingkan, ternyata tidak lebih tinggi daripada kelompok bukan pecandu yang hanya mendapat plasebo.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa minum kopi di pagi hari tidak memberikan manfaat pada pecandu kopi. Jika kita merasa lebih bugar, sebenarnya itu hanya mengembalikannya ke kondisi normal," ujar Peter Rogers yang memimpin penelitian itu.
Selain itu juga terungkap, orang yang secara genetis punya gangguan kegelisahan cenderung mengonsumsi kopi lebih banyak. Diduga efek kopi yang bisa meningkatkan kegelisahan ini justru memberikan kenikmatan tersendiri.