Halaman

Kamis, 03 September 2009

Ikan Dari Ambon Bermata Manusia

Seekor ikan yang ditemukan di perairan Ambon sangat aneh karena memiliki mata seperti manusia. Tidak seperti ikan lainnya, kedua matanya menghadap ke depan di permukan mukanya yang rata.

Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip bawah dilapisi kulit yang lembut dan tipis yang bergaris-garis coklat muda dan putih. Hewan seukuran genggaman tangan manusia ini sangat luwes menyelinap di antara celah karang sehingga jarang ditemui.

Secara umum ikan tersebut dikelompokkan sebagai ikan penjerat (anglerfish) atau ikan katak (frogfish) yang suka berdiam di satu tempat dan memancing mangsanya datang. Namun, sosoknya yang aneh tak dijumpai dalam literatur ikan manapun. Ikan tersebut ditemukan pertama kali oleh pemandu selam Toby Fadilsyair lima belas tahun lalu. Namun, sampai sekarang proses identifikasi terhadap ikan tersebut belum pernah dilakukan karena sulitnya merekamnya dari dekat.

Beruntung, pada Januari 2008 lalu, penyelam Mark Snyder dari Maluku Divers berhasil memotret seekor di antaranya dari dekat dan dari berbagai sudut. Foto-foto tersebut kemudian dikirim kepada Profesor Theodore Pietsch, pakar ikan dari Sekolah Kelautan dan Ilmu Perikanan Universitas Washington untuk diidentifikasi.

“Begitu saya melihat foto tersebut, saya tahu bahwa ia jenis anglerfish karena sirip-sirip di sisi badannya yang mirip kaki,” ujar Pietsch. Sirip yang khas ini berfungsi untuk membantu ikan tersebut merayap di dasar laut daripada berenang untuk berpindah ke tempat lain. Namun, tidak seperti ikan penjebak umumnya, ia tak memiliki semacam pancing di atas kepalanya untuk menarik perhatian mangsa.

Mukanya yang rata dan dua mata yang menghadap ke depan membuatnya kaget karena tidak pernah ditemuinya selama 40 tahun mempelajari karakteristik ikan. Kebanyakan ikan memiliki mata yang menghadap ke kanan dan kiri badannya. Sepasang mata yang menghadap ke depan membuat ikan tersebut memiliki kemampuan melihat secara binokuler layaknya manusia. Sepasang mata yang melihat objek sama seperti ini sangat berguna karena dapat menentukan jarak objek di depannya dengan lebih tepat.

Meski bukti-bukti cukup kuat, perlu identifikasi langsung baik secara moefologi maupun tes DNA untuk memastikan apakah ikan ini dapat dimasukkan sebagai kelompok tersendiri. Sejauh ini para ilmuwan telah mengelompokkan ikan-ikan penjerat ke dalam 18 familia dan Pietsch yakin ikan ini masuk ke dalam familia ke-19. Untuk mengungkapnya, Pietsch telah mendapat sokongan dari lembaga riset AS National Sience Foundation.

source