Quote:
Stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU yang mengisi premium, solar, dan sejenisnya lambat laun akan segera berakhir. Sebagai gantinya, kelak akan ada "SPBU" yang mengisi listrik untuk mobil listrik. Tidak akan terlalu lama. Tidak dalam hitungan abad ataupun puluhan tahun. Produsen mobil asal Jepang, Nissan, misalnya, tahun 2012 mendatang akan meluncurkan secara massal mobil listrik. Seratus persen listrik. Bukan hibrida yang merupakan perpaduan dengan bahan bakar dari fosil. Oleh karena itu, Nissan berani mengatakan produksinya sebagai zero emision, tanpa emisi sama sekali. Mobil listrik produksi Nissan tersebut kini sudah dalam tahap uji coba. Ada beberapa tipe. Namun, yang membuatnya terasa unik adalah mobil tersebut, baik model, ukuran, maupun kapasitas penumpangnya, persis sama dengan mobil lain yang berbahan bakar dari fosil. "Kami ingin melakukan perubahan, tetapi tetap menjaga agar pelanggan senantiasa merasa nyaman," kata Andy Palmer, Senior Vice President Product Planning, Program Management and Market Intelligence Nissan Motor Co Ltd di Yokohama Jepang, awal Agustus lalu. Soal harga jual, dia belum berani menyebutkan. Perubahan iklim Kehadiran mobil listrik ini memang merupakan tuntutan dunia. Seiring dengan pemanasan global dan perubahan iklim, semua pihak diminta untuk "mengerem" pemanasan global antara lain dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Nissan Motor meresponsnya dengan memproduksi mobil listrik. "Mau tidak mau, pada masa mendatang listrik akan menjadi sumber energi dunia yang sangat diandalkan," kata Chief Operating Officer Nissan Motor Co Ltd Toshiyuki Shiga. Di sisi lain, energi listrik bisa diperoleh dari berbagai sumber, mulai dari tenaga air, matahari, gas alam, tenaga angin, panas bumi, bahkan nuklir. Mendapatkan listrik pun tidak sulit, bisa di mana saja, termasuk di rumah tangga. Faktor-faktor inilah yang menjadi pertimbangan Nissan langsung "meloncat" dengan memproduksi mobil listrik. Tanpa melalui mobil hibrida terlebih dahulu. Nissan memang berupaya serius menjadi produsen mobil pertama yang memproduksi mobil listrik secara massal. Dalam uji coba di Yokohama, Jepang, awal Agustus lalu, mobil listrik tersebut melaju kencang tanpa suara dengan kecepatan 140 kilometer per jam. Mobil tersebut mampu menempuh perjalanan sejauh kira-kira 150 kilometer sebelum baterai dicharge ulang. Kekhawatiran yang terjadi selama ini, antara lain daya jelajah mobil listrik terbatas karena persediaan tenaga listrik di baterai juga sangat terbatas. Nissan menjawabnya dengan membuat charger baterai yang mudah dilakukan di mana pun, termasuk di rumah. Jika dilakukan di tempat pengisian baterai atau "SPBU" khusus baterai, waktu yang diperlukan sekitar dua jam. Namun, seiring dengan meningkatnya kualitas baterai lithium-ion modern, waktu pengisian baterai kelak hanya membutuhkan waktu 20 menit-30 menit. Pengisian baterai juga bisa dilakukan di mana saja. Selain di "SPBU" khusus, pengisian juga bisa dilakukan di rumah makan, pusat perbelanjaan, toko buku, atau tempat-tempat umum lainnya yang menyediakan charger baterai. "Saat pengemudi beristirahat dan mobil diparkir, baterai mobil akan terisi," kata Teddy Irawan, Direktur Pemasaran PT Nissan Motor Indonesia. Fenomena ini sekaligus merupakan peluang usaha baru karena "SPBU" listrik tak membutuhkan tempat luas dan modal besar seperti SPBU konvensional saat ini. Tren dunia tentang penggunaan mobil listrik tentu menjadi tantangan tersendiri untuk Indonesia. Saat negara lain sudah berlimpah listrik, tak semestinya Indonesia yang berlimpah berbagai sumber energi justru mengeluh kekurangan listrik. |