Ia mengarungi petualangan berbahayanya itu pada 1980-1990-an. Selama sembilan tahun ia masuk jaringan kelompok Tanzim di Hebron, sebagai mata-mata. Senjatanya adalah alat perekam yang disembunyikan di badannya. "Saya melakukan itu bukan untuk uang. Saya berbuat itu karena kita semua orang Israel dan membunuh itu berdosa," katanya kepada situs berita BBC.
Karena informasi yang ia berikan, ayah tiga anak ini mengklaim berhasil menggagalkan sejumlah rencana serangan terhadap warga sipil dan tentara Israel. Kini hidup Saad dan keluarganya terancam. Bulan lalu saja, Hamas menghukum mati dua orang Palestina di Gaza yang dituding sebagai informan Israel.
Lelaki 49 tahun itu dipastikan dibunuh jika kembali ke rumahnya di Kota Hebron, Tepi Barat. Karena itu, ia kini berada di Tel Aviv untuk mencari perlindungan dari pemerintah negara Zionis tersebut. "Mereka seharusnya diberikan tempat tinggal, fasilitas kesehatan, dan hak-hak sipil atas apa yang sudah mereka perbuat untuk Israel," ujar Michael Tupelow, pengacara yang membantu Saad.
Saat ini, Tupelow memperkirakan, terdapat sekitar 5.000 orang Palestina yang menjadi pengkhianat. Mereka bekerja untuk militer Israel demi uang, seks, atau pelayanan kesehatan memadai yang tidak diperoleh di tempat tinggal mereka.
Bukan orang seperti Saad saja yang memberikan informasi bagi Israel. Warga Palestina di kota tua Yerusalem yang menjual tanah dan rumahnya kepada warga Yahudi juga berlaku serupa karena mendapat ancaman dari pejuang Palestina.
Namun sering kali janji manis Israel yang dinyatakan sejak awal tidak dipenuhi semuanya. Meski begitu, pengkhianatan tidak akan bisa dihapus dalam konflik Palestina-Israel. Karena manusia mempunyai nafsu akan harta, kuasa, dan wanita.
(http://www.tempointeraktif.com)
sumber :http://www.beritajitu.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1260:kisah-pengkhianat-palestina-&catid=40:internasional&Itemid=68