In Tuban, a village in the East Java province of Indonesia, earth is used to make “ampo” a creamy snack believed to have medicinal properties.
According to Rasima, the ampo cook of Tuban, there is no real recipe to making this bizarre snack. All she does is look for clean, gravel-free soil, in the village’s rice paddies, pound it into a solid block, using a stick, and scrape rolls out of it,with a bamboo dagger. The rolls of soils are then baked and smoked for an hour. Rasima then takes the earthy snacks to the village market, where she earns about $2, to supplement her family’s income.
Tuban is the only earth-eating village on the planet. There are people, around the world, who enjoy eating sand, or kaolin, but not baked soil. Villagers believe ampo is a natural pain-killer, and that it makes babies’ skin softer, if eaten by their pregnant mothers.
As for the taste of ampo, “it’s nothing special, it feels cold in my stomach” says one of the Tuban locals, who has been eating ampo, ever since she was a child.
Di Tuban, sebuah desa di provinsi Jawa Timur Indonesia, tanah digunakan untuk membuat "ampo" snack krim yang dipercaya sebagai obat.
Menurut Rasima, pembuat ampo di Tuban, tidak ada resep khusus untuk membuat snack yang aneh ini. Semua yang dia lakukan adalah mencari tanah yang bersih, bebas kerikil, di sawah-sawah di desa itu, ditumbuk ke blok yang keras, dengan menggunakan tongkat, dan gulungan mengorek tanah itu, dengan pisau bambu. Gulungan tanah tersebut kemudian dipanggang selama satu jam. Rasima kemudian membawa makanan tersebut ke pasar di desa tersebut, di mana dia mendapatkan sekitar $ 2 (Rp 20.000,-), untuk menambah penghasilan keluarganya.
Tuban adalah satu-satunya desa yang memakan tanah di planet ini. Ada orang, di seluruh dunia, yang menikmati makan pasir, atau kaolin, tapi tidak tanah yang dipanggang. Penduduk desa percaya ampo adalah pembunuh rasa sakit yang alami, dan itu membuat kulit bayi lembut, jika dimakan oleh ibu yang sedang hamil.
rasa ampo tersebut, "tidak ada yang istimewa, rasanya dingin di perutku" kata salah satu penduduk setempat Tuban, yang telah makan ampo, sejak dia masih kecil.
spoiler for pic1:
Spoiler for pic2:
Spoiler for pic3:
Spoiler for pic4:
Spoiler for pic5:
Spoiler for pic6: