Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapetan) Reno Alamsyah, di Makassar, Kamis, mengatakan, alat deteksi badan pengawas bom nuklir dunia di bawah PBB, CTBTO "Preparatory Commision" di Wina, Austria, membaca ledakan meteor tersebut sebagai uji coba bom nuklir.
"Kami melakukan penelitian untuk mengukur paparan radiasi yang diakibatkan ledakan tersebut sekaligus memastikan bahwa ledakan tersebut bukanlah bom nuklir, hanya memang mirip," jelasnya.
Hasil penelitiannya bersama tim LAPAN dan BMKG menyimpulkan ledakan tersebut murni akibat jatuhnya meteor. Potensi zat radio aktif dari meteor juga dinyatakan tidak ada.
"Penelitian dilakukan hingga ke tengah laut sekitar jatuhnya meteor dan kami tidak menemukan sedikitpun kontaminasi nuklir," jelasnya.
Tidak adanya kontaminasi tersebut dipastikan karena meteor yang jatuh tidak meninggalkan sisa sama sekali karena menjadi debu saat jatuh ke bumi. "Tidak ada sisa materi meteor jatuh yang dapat kami teliti lebih lanjut," ujarnya.
Meski demikian, jatuhnya meteor dengan diameter 10 meter ke bumi tersebut menjadi peringatan kalau lapisan ozon bumi semakin menipis dan memungkinkan jatuhnya meteor-meteor lainnya ke bumi.
( suaramerdeka.com )