Halaman

Jumat, 20 November 2009

Pejalan Lambat Lebih Mungkin Meninggal Akibat Sakit Jantung

Berjalan lambat bisa jadi bukan hanya berarti orang tiba di tempat tujuan lebih lama tapi itu juga merenggut korban berupa kesehatan manusia, demikian temuan satu studi di Prancis.

Para ilmuwan dari lembaga penelitian medis yang berpusat di Paris, Inserm, mendapati bahwa orang yang berusia lebih tua dan berjalan lambat hampir tiga kali lebih mungkin untuk meninggal akibat sakit jantung dan penyebab lain yang berkaitan dibandingkan dengan orang yang berusia lebih tua dan berjalan lebih cepat.

“Pesan utama buat masyarakat umum ialah mempertahankan kebugaran pada usia lanjut mungkin memiliki konsekuensi penting dan membantu memelihara hidup serta fungsi otot,” kata peneliti Alexis Elbaz, Direktur Penelitian Inserm, kepada Reuters Health.

Ia mengatakan studi tersebut, yang disiarkan di dalam jurnal BMJ, juga menunjukkan bahwa pemeriksaan kecepatan orang berjalan mungkin dapat digunakan untuk memeriksa kesehatan pasien yang berusia lanjut.

Beberapa kajian terdahulu telah mengaitkan lambatnya orang berjalan dengan peningkatan resiko kematian selama masa tertentu, serta dengan hasil lain mengenai kesehatan buruk, tapi tidak memperlihatkan apakah itu adalah sakit jantung atau penyebab lain yang bertanggung jawab atas resiko yang lebih besar itu.

Studi selama lima tahun tersebut, bagian dari Studi Tiga Kota, yang sedang dilakukan oleh Inserm, melibatkan lebih dari 3.200 laki-laki dan perempuan yang relatif sehat dan berusia 65 sampai 85 tahun. Mereka tinggal di tiga kota di Prancis.

Pada awal studi itu pada 1999, para ilmuwan tersebut menilai kesehatan masing-masing peserta dan menghitung kecepatan para peserta sewaktu mereka berjalan di koridor secepat mungkin.

Selama lima tahun berikutnya, 209 peserta meninggal –99 persen akibat kanker, 59 akibat sakit jantung, dan 53 akibat penyakit menular dan penyebab lain– dan angka kematian secara keseluruhan hampir 7 persen.

Angka kematian di kalangan sepertiga peserta yang berjalan paling lambat, laki-laki yang berjalan sama dengan sekitar 3,4 mil per jam atau lebih lambat lagi dan perempuan yang berjalan sekitar tiga mil per jam atau lebih lambat, ialah 44 perser lebih tinggi dibandingkan dengan di kalangan dua pertiga peserta yang telah berjalan lebih cepat.

Kematian akibat serangan jantung, stroke dan penyebab lain yang berkaitan ialah 2,9 kali lebih umum di kalangan sepertiga peserta yang berjalan paling lambat dibandingkan dengan peserta yang berjalan paling cepat.

Kenaikan angka kematian akibat sakit jantung terlihat pada laki-laki dan perempuan dan tak berkaitan dengan usia peserta atau seberapa aktif mereka secara fisik.

Para peneliti itu tak menemukan hubungan antara berjalan cepat dan penyebab lain kematian, termasuk kanker.

Apa yang menjelaskan kaitan antara berjalan lambat dan kematian akibat penyakit jantung?

Elbaz mengatakan satu kemungkinan ialah faktor resiko yang sama yang menaikkan resiko sakit jantung –tekanan darah tinggi dan diabetes– juga mengakibatkan “stroke diam-diam”, yang membuat orang kesulitan untuk jalan cepat. Gagasan itu “layak diikuti oleh studi lebih lanjut untuk mengukuhkannya”, katanya. (*)antara
( tidakmenarik.wordpress.com )