Halaman

Kamis, 12 November 2009

Williardi wizard : Kasus Antasari Rekayasa

Jakarta, (tvOne), Selasa, 10 November 2009 15:38 WIB, Mantan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Williardi Wizard menyatakan kasus Antasari Azhar, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen, merupakan rekayasa.

"Pada jam 12.00 WIB (pemeriksaan dirinya di Polda Metro Jaya), didatangi Direskrim dan Wadireskrim Polda Metro Jaya serta kasat-kasat (Kepala Satuan, red) menyatakan sasaran kita hanya Antasari Azhar," katanya saat menjadi saksi dalam persidangan Antasari Azhar, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa.

Kombes Pol Williardi Wizar sendiri menjadi terdakwa dalam kasus pembunuhan itu, bersama-sama dengan Sigit Haryo Wibisono, Jerry Hermawan Lo dan lima eksekutor lainnya.

Dengan suara bergetar menahan emosi, Wiliardi menyatakan dirinya seusai didatangi Direskrim Polda Metro Jaya lalu dibacakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Sigit Haryo Wibisono. "Direskrim menyatakan samakan saja BAP-nya (Wiliardi Wizard) dengan Sigit Haryo Wibisono," katanya.

Kemudian, kata dia, BAP dirinya itu ditayangkan di stasiun televisi swasta hingga dirinya mempertanyakan kepada Direskrim Polda Metro Jaya melalui pesan singkat (SMS) yang memprotes isi BAP tersebut. "Karena saya tidak pernah memberikan keterangan seperti itu kepada Direskrim," katanya.

"Ini perintah atasan," katanya dalam persidangan yang dipimpin hakim Herry Swantoro.
"Allahu Akbar"
Antasari Azhar ketika mendengar keterangan saksi Wiliardi Wizard itu, badannya lemas yang bersamaan dengan diskors-nya persidangan oleh majelis hakim, sembari menyatakan kalimat "Allahu Akbar".

Antasari Azhar terkulai lemas sembari berlinang air mata di kursi setelah sebelumnya dipapah oleh sejumlah tim kuasa hukumnya.

Kuasa hukum Antasari Azhar, Juniver Girsang, menyatakan, dirinya kaget dengan keterangan saksi yang dianggap pertama kalinya di sejarah dunia peradilan tanah air. "Pernyataan saksi menyatakan bahwa seorang terdakwa dapat diskenariokan dan sasarannya adalah Antasari Azhar," katanya.

Juniver Girsang menyatakan Antasari Azhar sangat kecewa dan meminta keadilan kepada pemerintah. "Orang tidak bersalah tapi diskenariokan. Ini fenomenal padahal Antasari Azhar sudah banyak melaksanakan tugas," katanya. (Ant)

________________________________

JAKARTA, KOMPAS.com —saksi Williardi Wizard "bernyanyi" kalau rekannya di kepolisian merekayasa penyidikan kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen yang berujung pada penahanan mantan Ketua KPK Antasari Azhar.
Nama petinggi Polri pun disebutnya. Pada suatu hari, Williardi berkisah dalam sidang PN Jaksel, Selasa (10/11), ia dijemput di rumahnya pukul 00.30 oleh Brigjen (Pol) Irawan Dahlan.

Kemudian di kantor polisi para penyidik meminta dia membuat berita acara sesuai dengan kehendaknya. "Udah bikin apa saja yang terbaik untuk menjerat Pak Antasari. Dijamin besok pulang. Kami dijamin oleh pimpinan Polri tidak akan ditahan, paling sangsi indisipliner," kata Williardi mengulang perkataan Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (waktu itu) Irjen Adiatmoko.

Karena jaminan itu, apalagi langsung dari pimpinan Polri, lanjut Williardi, ia bersedia menandatangani BAP yang sudah dibuat penyidik. Namun, yang terjadi keesokan harinya dalam berita televisi Williardi diplot polisi sebagai salah satu pelaku pembunuhan Nasrudin.

"Janji mana? Tolong diklarifikasi. Kami tidak sejahat itu," kata Williardi dalam pesan singkat kepada Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Muhammad Iriawan.

Selanjutnya, penasihat hukum Antasari bertanya, "Siapa pimpinan Anda?" "Pimpinan saya ya Kapolri," kata Williardi.

Setelah protes tersebut, Williardi mengaku ia langsung ditahan. Ia tidak peduli dikatakan penghianat oleh sejawatnya. "Kami memberanikan diri, kami dibilang penghianat, tidak peduli," kata Williardi dalam persidangan.

Williardi bersama Antasari Azhar dan Sigid Haryo Wibisono didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Nasrudin. Mereka diancam hukuman mati atas dakwaan itu.

________________________________

WW:Kami Biasa Memakai Informan Seperti Edo:

Laporan wartawan KOMPAS.com Frans Agung Setiawan
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kapolres Jakarta Selatan Williardi Wizard ternyata sudah biasa minta tolong Jerry Hermawan Lo untuk mencarikan informan untuk membongkar kasus-kasus kriminal.
"Karena ini kebiasaan dalam tugas. Kami kerap memakai informan, kami pake pak," kata Williardi dalam sidang kasus pembunuhan berencana Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (10/11).

Menurut Williardi, beberapa kasus yang pernah dibongkar polisi setelah memakai jasa informan Jerry adalah pencurian kendaraan bermotor dan narkoba. Inilah yang menjadi alasan Williardi untuk tidak menaruh curiga atau bertanya banyak atas permintaan Sigid Haryo Wibisono yang meminta bantuan mencarikan informan untuk mengikuti seseorang.

Petunjuknya adalah alamat dan foto di dalam amplop cokelat yang diserahkan langsung oleh Sigid padanya. Tanpa tahu dan melihat foto, amplop itu dilanjutkan pada Jerry dan Edo, informan yang direkomendasikan Jerry pada Williardi. Belakangan diketahui tugas Edo adalah mengikuti dan mencari informasi Nasrudin.

"Kami pikir itu untuk mendukung tim (Kombes Chaerul Anwar)," tutur Williardi.

________________________________


Williardi Akui Dapat Petunjuk Atasan:

JAKARTA, KOMPAS.com — Williardi Wizard membuat heboh dalam sidang kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen di PN Jaksel,(10/11). Ia mengaku BAP pengakuan yang dia buat telah direncanakan oleh penyidik kepolisian dengan sasaran Antasari Azhar yang dalam sidang itu duduk sebagai terdakwa.

"Bahwa dalam berita acara itu. Pada pukul 12.00 malam lewat kami diperiksa dan didatangi Direktur Reserse Polda, Wadir, Kasat ada tiga orang. Ini demi Allah saya bersumpah bahwa perintah atasan, ini demi Allah saya bersumpah sasaran kami cuma Antasari," kata Williardi.

Kemudian ia melanjutkan. "Matinya lampu ini matinya saya. Waktu itu dikondisikan sasaran kita cuman Antasari. Disamakan dengan BAP Sigid, dibacakan kepada saya," ujar Williarda tanpa wajah takut.

Wiliiardi mengaku kaget ketika keesokan harinya ia dinyatakan terlibat dalam rencana pembunuhan Nasrudin dalam berita televisi. "Kalau bapak bisa buka SMS terakhir saya ke Direktur, minta klarifikasi soal itu. Saya tidak pernah melakukan ini," tutur Williardi kepada majelis hakim yang diketuai Herri Swantoro.

Mendengar kesaksian itu, Antasari tampak terharu. Matanya merah berkaca-kaca, kemudian ia mengelap dahinya dengan tisu dan minum air mineral.

________________________________


Williardi: Kalau Saya Bohong, Saya dan Anak Saya Mati!:

JAKARTA, KOMPAS.com — Williardi Wizar diminta tolong oleh pengusaha media Sigid Haryo Wibisono untuk mencari seorang informan untuk mengikuti orang yang diduga sebagai Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Narsrudin Zulkarnaen. "Adakah informan yang dapat mengikuti 24 jam. Kerja tim lamban kerjanya," kata Williardi dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan berencana Nasrudin, Selasa (10/11) di PN Jakarta Selatan.

Dalam sidang , Antasari didakwa menganjurkan pembunuhan berencana. Seperti sudah diketahui, Antasari melaporkan bahwa ia diteror oleh orang yang diduga bernama Nasrudin. Lalu, polisi membentuk tim penyelidik untuk menanggapi laporan Antasari yang dipimpin oleh Kombes Chaerul Anwar.

Menurut Williardi, Sigid yang kenal dengan Antasari menyampaikan kepada Williardi kalau kerja tim Chaerul lamban. "Ini ada tugas negara (untuk mengikuti orang)," ucap Williardi mengulang kata Sigid.

Namun anehnya, sebagaimana juga dipertanyakan oleh Herri, ternyata Williardi tidak menyelidik lebih lanjut terhadap orang yang meneror Antasari. Ia pun tidak tahu kalau amplop yang ia terima dari Sigid ternyata foto Nasrudin. Khusus soal amplop ini, Williardi menerima amplop itu tanpa ada Antasari. Dengan demikian, kesaksiannya bertentangan dengan kesaksian Sigid yang mengatakan bahwa amplop diserahkan oleh Antasari.

Selain itu, Williardi pun juga tidak menanyakan soal tim Chaerul. Jadi, kapan dikatahui kalau orang itu adalah Nasrudin? "Tahunya setelah kami ditangkap," ucap Williardi.

Kemudian, ia melanjutkan bahwa Williardi ternyata tetap keukeuh tidak tahu orang yang akan menjadi target sekalipun ia sudah mendapatkan informan dan mendapatkan uang Rp 500 juta dari Sigid sebagai biaya operasional.

Untuk mendapatkan informan sebagaimana permintaan Sigid, Williardi minta bantuan Jerry Hermawan Lo, yang juga menjadi terdakwa dalam kasus ini. Selanjutnya, Jerry mempertemukan Williardi dengan Edo sebagai orang yang siap menjadi informan. "Uang itu kami berikan pada Edo semuanya," tutur Williardi.
Saat Herri mempertanyakan mengenai kelogisan cerita, Williardi setengah berteriak, "Demi Allah, kalau saya bohong, saya mati bersama anak-anak saya," tukasnya.
Dalam kasus ini, Williardi Wizar, Antasari Azhar, dan Sigid Haryo Wibisono didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Nasrudin. Mereka diancam hukuman mati.

________________________________

Williardi Dituduh Sekongkol dengan Antasari

Rabu, 11 November 2009, 06:11 WIB

VIVAnews - Williardi Wizar mengungkap penyidikan kasus pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, diskenariokan untuk menjebak Antasari Azhar sebagai dalang pembunuhan. Ia mengungkap ada persengkokolan di antara penyidik dan petinggi kepolisian.

Kesaksian itu mendapat tanggapan dari mantan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, M Iriawan, yang turut menangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Williardi. "Pengakuan itu tidak benar," katanya kepada VIVAnews, Selasa, 10 November 2009.

Iriawan justru menuding kesaksian Williardi, yang merupakan mantan Kepala Kepolisian Jakarta Selatan berpangkat Komisaris Besar, itu sebagai persekongkolan bersama Antasari. Ia melihat Williardi sudah frustasi lantaran tak bisa mengelak dari dakwaan jaksa.

"Saya melihat ini sudah ada koordinasi antara Williardi dan Antasari, karena Williardi sudah tak bisa mengelak kalau dia menyuruh dan mencari eksekutor atas perintah Antasari," ujar Iriawan. "Tidak benar ada paksaan atau bujukan untuk melibatkan Antasari."

Ia juga mempersilakan tim kuasa hukum Antasari yang berniat mengadukan penyidik ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). "Silakan lapor Komnas HAM atau Kompolnas. Saat penyidikan itu, kami rekam pakai handycam, jadi ada buktinya," ujarnya.

________________________________

Kapolri SAYS: Masak Kombes Dipaksa Kompol

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso membantah pernyataan mantan Kapolres Jakarta Selatan Wiliardi Wizar dalam persidangan Antasari Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (10/11). Menurut Kapolri, pernyataan Wiliardi tidak masuk akal.

"Masak sih dia (Wiliardi) seorang (pangkat) Kombes (Komisaris Besar) diperiksa (pangkat) AKP (ajun komisaris polisi) atau Kompol (Komisaris Polisi) bisa dipaksa," kata dia saat memberi sambutan dalam workshop Polri Membuka Ruang Transparansi Publik di Mabes Polri, Rabu.

Kapolri menjelaskan, penyidik Polda Metro Jaya yang menangani kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen mempunyai rekaman saat pemeriksaan dilakukan.

Atas penyataan Wiliardi tersebut, dia menyerahkan semuanya kepada publik untuk menilai kasus yang menjerat mantan Ketua KPK Antasari Azhar, pengusaha Sigid Haryo Wibisono, dan Wiliardi Wizar itu.

"Terserah masyarakat bisa menerima keterangan tersebut. Saat ini kepolisian dalam posisi tersudut," kata dia.

Seperti diberitakan, Wiliardi memberikan pernyataan menghebohkan saat persidangan kemarin. Dalam sidang, Wiliardi mengaku berita acara pemeriksaan dirinya dikondisikan. Keterangan dalam BAP-nya disamakan dengan keterangan dalam BAP tersangka Sigid untuk menjerat Antasari. Dia juga mengaku perubahan BAP itu atas perintah Kapolri.

halah..!!
________________________________


Wiliardi Harus Bongkar Semua Praktik Busuk Polisi

JAKARTA - Keberanian Wiliardi Wizar mengungkapkan adanya rekayasa dalam pembuatan berita acara pemeriksaan (BAP) yang dikondisikan untuk menyudutkan Antasari Azhar, harus diapresiasi jika itu benar.

Bahkan, Wiliardi yang juga bagian dari tubuh Polri harus berani membongkar semua keburukan dalam praktik penegakan hukum selama ini, khususnya di kepolisian. Pengakuan Wiliardi ini semakin memperburuk citra polisi yang sudah menjadi rahasia umum kerap melakukan tindakan kekerasan, intimidasi, dan manipulasi dalam penanganan suatu perkara.

Praktisi hukum Petrus Bala Pattyona berkata, "Kalau seorang Wiliardi mengatakan itu artinya sudah mengamini praktik di kepolisian yang suka melakukan kekerasan," ujarnya kepada okezone, Rabu (11/11/2009).

Menurut dia, orang sekaliber Wiliardi masih diperlakukan seperti itu, apalagi orang awam yang berada di pelosok sana. "Lihat polisi saja sudah ketakutan. Kalau begini bagaimana nasib penegakan hukum di Indonesia," terang dia.

Oleh sebab itu, dia menyarankan Wiliardi untuk berani mengungkapkan semua pihak yang terlibat dalam dugaan rekayasa BAP tersebut. "Polisi harus benar-benar direformasi, sudah merekayasa kasus Bibit-Chandra sekarang mengkondisikan saksi-saksi kasus Antasari Azhar," beber dia.

Sebagai langkah awal reformasi di tubuh kepolisian, lanjutnya, Kapolri Bambang Hendarso Danuri yang harus pertama kali mengundurkan diri. Sebab, Kapolri harus bertanggung jawab terhadap ulah bawahannya yang demikian."Yah reformasi dirilah," katanya.

Terkait pencabutan BAP oleh Wiliardi, menurut Petrus dari pengalamannya selama ini, maka hakim akan memerintahkan jasa untuk menghadirkan penyidik di muka persidangan. "Tapi penyidik pastinya menyangkal ada rekayasa itu," imbuh dia.

Apakah dengan membantah sudah cukup? Kata Petrus, tentunya belum cukup. Masyarakat tidak akan percaya begitu saja, terlebih kasus yang melibatkan polisi sudah banyak terjadi. "Sekarang zamannya sudah canggih. Kalau polisi mau dibilang profesional maka coba perlihatkan rekaman saat BAP. Apa ada rekayasa atau intimidasi atau tidak," terang dia.

Adanya rekaman BAP ini sedikit banyak akan membantu polisi untuk menunjukan institusi ini sudah bekerja profesional. "Jika tidak, jangan harap masyarakat percaya," ucapnya.(okezone.com)