Halaman

Jumat, 27 November 2009

Sakit Apapun, Biaya Berobat Hanya Rp 2.500

Bagi etnis Sherpa di Puncak Everest atau wilayah Khumbu di Nepal, menjaga kesehatan adalah sebuah perjuangan. Iklim di daerah terisolasi tersebut sangat ekstrem.Ditambah lagi, nihilnya sarana jalan dan sanitasi menjadi masalah utama.

Oleh karena itu, Rumah Sakit Kunde, satu-satunya fasilitas medis di kawasan tersebut, menjadi sangat berarti bagi warga setempat. Pengelola rumah sakit ini pun bersungguh-sungguh melayani masyarakat setempat. Biayanya bahkan cukup murah. Cukup Rp 2.500 untuk semua penyakit.

“Sangat penting ada rumah sakit di sini,” kata Dokter Tsering Wangdi Sherpa, pengelola rumah sakit.

Sebelum (rumah sakit) dibangun, sistem kesehatan di wilayah itu sangat buruk. Banyak masalah terkait kontrol terhadap angka kelahiran dan imunisasi. Orang-orang terkena infeksi karena pengetahuan tentang kesehatan sangat rendah.

Didirikan pada 1966 oleh Sir Edmund Hillary di kota yang berada di lereng gunung, rumah sakit yang dibiayai oleh donatur asing itu terletak di ketinggian 3.840 meter dari permukaan laut. Sejak 10 tahun lalu, rumah sakit itu telah dikelola dan dibiayai secara penuh oleh warga lokal Sherpa. Meski terbilang kecil, rumah sakit itu melayani sekitar 8.000 pasien dari empat wilayah perbukitan di Distrik Khumbu.

Tsering baru bekerja di Rumah Sakit Kunde selama tujuh bulan terakhir. Namun, dia telah berhubungan dengan klinik tersebut sepanjang hidupnya. Tsering lahir pada 1983 di lingkungan rumah sakit Kunde. Ayahnya bekerja sebagai asisten dokter asing. Berkat beasiswa dari Yayasan Sir Edmund Hillary dari Kanada, dia berhasil menyelesaikan pendidikan dan menjadi dokter pertama Suku Sherpa yang bekerja di Kunde.

“Menjadi seorang dokter seperti mimpi bagi ayah saya. Sangat mahal biaya pendidikannya. Orang-orang Sherpa yang tinggal di sekitar Khumbu, pada waktu itu belum semaju sekarang dan mereka tidak punya cukup uang untuk bersekolah atau berkuliah,” ungkapnya.

Pelatihan dokter yang dikenyam Tsering juga dibiayai Yayasan Sir Edmund Hillary. Dia menggambarkan para pendaki gunung asal Selandia Baru sebagai orang yang berjasa bagi berdirinya rumah sakit Kunde dan membantu komunitas lokal setempat untuk membangun wilayahnya.

Tsering bekerja enam hari seminggu, mengelola klinik dengan kapasitas 12 tempat tidur itu. Dia bekerja sejak pukul 09.00-17.00 setiap harinya. Rumah sakit kecil yang dibangun di lereng gunung dengan pemandangan hamparan salju tersebut, mampu melayani operasi kecil dan mempunyai fasilitas laboratorium.

Seorang pasien wanita mengaku berjalan dua setengah jam untuk mencapai rumah sakit tersebut. “Kalau saja rumah sakit ini tidak ada, saya tidak tahu harus ke mana untuk memasang alat kontrasepsi,” katanya.

Setiap pasien hanya ditarik USD 25 sen (sekitar Rp 2.500) setiap berkunjung, apapun keluhan penyakitnya. Tarif itu tidak berubah sejak 20 tahun terakhir. Tsering mengatakan hanya dengan tarif murah itu, masyarakat bisa mendapat pelayanan kesehatan.

Layanan terpenting di wilayah tersebut adalah suntik yodium secara berkala. “Penyakit yang berhubungan kelenjar tiroid menjadi masalah besar selama 40 tahun terakhir, karena tidak ada yodium di sini. Jadi kami mempunyai banyak kasus gondongan dan kebodohan (idiot),” tandasnya. (jpnn, tidakmenarik.wordpress.com)