Lagi-lagi upaya pendangkalan akidah dan pemurtadan terjadi kepada korban dalam musibah gempa. Seperti kejadian-kejadian gempa dan musibah sebelumnya, pemurtadan kali ini terjadi di daerah Korong Koto Tinggi, Kenagarian Gunung Padang Alai, Kecamatan Koto Timur, Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Menurut keterangan warga setempat, kejadian itu tidak berlangsung serta merta namun berjalan pelan dan pasti. Upaya pemurtadan ini dilakukan oleh sebuah LSM bernama Samaritan yang mendapat bantuan dari luar negeri (AS-red).
Modus pemurtadan dengan mengajarkan anak-anak setempat pengenalan pada tuhan agama tertentu.
"Siapa tuhan mu?" begitu ucap sang relawan saat mendidik anak-anak di pengungsian, ditirukan oleh warga setempat saat menerangkan modus-modus pendangkalan akidah.
"Alloh SWT" jawab anak-anak itu.
"Bukan Alloh SWT (pengucapan dengan O atau akses Arab), tetapi Allah (pengucapan dengan huruf A)" kata sang relawan.
"Kalian tahu Isa? Siapakah beliau?" tanya sang relawan lagi.
"Isa adalah seorang Nabi dan Rasul yang harus diimani." demikian kurang lebih jawaban anak-anak.
"Bukan, Isa adalah seorang anak Allah yang suci" jawab sang relawan.
Demikian pengajaran yang disampaikan kepada anak-anak di kamp pengungsian sebagai terapi mental. Padahal, anak-anak yang diajarkan itu adalah para pemeluk Islam.
Modus lain yang dipakai adalah janji tawaran bantuan yang diberikan oleh LSM kepada warga setempat. Oleh LSM itu, warga sekampung dijanjikan akan selalu dipasok dengan bantuan logistik selama tiga tahun penuh dengan kehadiran 5 helikopter setiap hari non stop, minimal 2 helikopter.
Daerah Koto Tinggi terletak di kawasan pegunungan dan perbukitan yang cukup berat diakses dari darat mengingat lalu lintas jalan terputus total. Bangunan-bangunan yang ada hampir semua rubuh dan rusak parah.
Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan warga setempat di tengah badai musibah gempa. Namun, proposal bantuan menggiurkan itu oleh warga ditolak dengan alasan keimanan.
Oleh warga, dikatakan bahwa jika memang bantuan itu diberikan secara cuma-cuma tanpa ada embel-embel harus berpindah agama keluar dari Islam mereka akan menerima dengan tangan terbuka.
Sayangnya, kata warga, persyaratan yang diajukan oleh LSM itu sangat berat. Warga diminta berganti agama secara benar-benar dan harus selalu menghadiri acara-acara siraman rohani agama barunya itu dan sudah tidak boleh lagi pergi ke masjid dan menghadiri acara-acara keislaman.
Serentak, sekitar 100 warga sepakat menandatangani nota bersama untuk mengusir dengan terpaksa LSM itu karena dianggap memaksakan kehendaknya untuk berganti keyakinan dan melanggar hukum.
Pengaruh yang diperoleh warga kampung setempat, mereka harus rela berpuasa terlebih dahulu menunggu kiriman bantuan yang ditempuh dari jalur darat, mengingat kecilnya kemampuan para relawan dalam negeri dalam fasilitas.
Hingga saat ini, kiriman bantuan yang mereka peroleh baru berasal dari lembaga Majelis Mujahidin dan Mer-C. Demikian keterangan dari M. Shiddieq, ketua tim relawan Korp Majelis Mujahidin Sumatera Barat.
Atas kejadian ini, Shiddieq menghimbau agar pemerintah dan lembaga-lembaga bantuan Islambisa segera mengirimkan bantuan ke daerah .... atau daerah lain yang juga terpencil dan sulit diakses bantuan.
"Saya yakin masih ada daerah lain yang seperti ini." ujarnya.
Daerah-daerah lain yang mau menerima proposal LSM Samaritan dan yang semisalnya, memang secara tampak luar memperoleh bantuan yang lebih layak dan lancar dibanding dengan daerah yang menolak. Kehidupan mereka tampak lebih makmur.
"Kami berharap, para relawan muslim dan relawan lain yag ikhlas membantu, bisa segera datang ke desa Korong Koto Tinggi untuk membantu daerah ini." demikian harap Shidieq kepada Muslimdaily.
[muslimdaily.net]